Minggu, 02 Desember 2012

MEMAHAMI PERILAKU PEMUSTAKA


Pembeli adalah raja, itu adalah ungkapan yang sering diperbincangkan di masyarakat luas. Jika istilah itu ditarik ke perpustakaan kemudian dikiaskan, maka kalimatnya berubah menjadi pemustaka adalah raja. Konsep raja pada system monarkhi dipahami sebagai kedudukan yang sangat diagungkan. Titahnya dapat menjadi Undang-Undang. Keinginannya harus dilaksanakan.larangannya harus ditinggalkan. Yang pasti, seorang raja harus menjadi sentral dalam seluruh kehidupan.
Jika konsep raja benar-benar digunakan sebagai kiasan untuk pemustaka, maka pemustaka pun menjadi orang yang sangat penting di perpustakaan. Pemustaka yang datang ke perpustakaan untuk mencari informasi, maka kebutuhannya harus dipenuhi . tentu saja, untuk dapat menerapkannya perustakaan perlu memahami perilaku pemustakanya. Apalagi pemustaka yang datang ke perpustakaan jumlahnya tidak sedikit. Beragamnya pemustaka yang datang ke perpustakaan akan mengakibatkan beragam pula  perilakunya.
Memahami perilaku pemustaka tidaklah mudah, kadang mereka terus terang menyatakan kebutuhan dan keinginannya, tetapi sering pula mereka bertindak sebaliknya. Mereka tidak mampu mengungkapkan secara pasti apa yang diinginkannya.
Untuk itu memahami perilaku pemustaka, perlu dilakukan dengan mneghubungkan pada permasalahan manusia. Apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan apa yang sudah mempengaruhi pikiran mereka.
Untuk dapat memasuki ke ranah tersebut, tentu pustakawan sebagai orang yang bertugas memberikan pelayanan harus melakukan interaksi yang baik dengan pemustaka. Apalagi perilaku pemustaka biasanya bersifat dinamis, yaitu selalu berubah dan bergerak sepanjang watu.
Ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam memahami perilaku pemustaka, diantaranya adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor individu dan faktor psikologis. Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Seseorang yang berasal dari luar negeri, tentu berbeda dengan orang yang berasal dari dalam negeri. Meskipun pada kasus-kasus tertentu boleh jadi tidak ada perbedaan lagi, mengingat informasi sudah menyebar ke seluruh pelosok.
Faktor sosial, seperti asal keluarga, peran dan status seseorang di masyarakat, dapat juga menjadikan perilaku yang berbeda. Seorang yang biasanya dilayani karena jabatan yang diemban, tentu ketika datang ke perpustakaan, ia pun ingin dilayani, sehingga ketika ingin baca buku ia tinggal perintah saja. Bandingkan dengan pemustaka yang belum punya status sosial yang tinggi, pasti ia berusaha mencari sendiri. Kalaupun ia datang ke pustakawan, sifatnya bukan memerintah, tapi minta tolong..
Dan masih banyak lagi hal-hal yang perlu dicermati untuk memahami perilaku pemustaka yang berbeda-beda. Pemahaman tentang perilaku dapat menjadi dasar untuk melayani sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi yang dapat berujung kepada kepuasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar