Pembeli adalah raja, itu adalah ungkapan
yang sering diperbincangkan di masyarakat luas. Jika istilah itu ditarik ke
perpustakaan kemudian dikiaskan, maka kalimatnya berubah menjadi pemustaka
adalah raja. Konsep raja pada system monarkhi dipahami sebagai kedudukan yang
sangat diagungkan. Titahnya dapat menjadi Undang-Undang. Keinginannya harus
dilaksanakan.larangannya harus ditinggalkan. Yang pasti, seorang raja harus menjadi
sentral dalam seluruh kehidupan.
Jika konsep raja benar-benar digunakan sebagai
kiasan untuk pemustaka, maka pemustaka pun menjadi orang yang sangat penting di
perpustakaan. Pemustaka yang datang ke perpustakaan untuk mencari informasi,
maka kebutuhannya harus dipenuhi . tentu saja, untuk dapat menerapkannya
perustakaan perlu memahami perilaku pemustakanya. Apalagi pemustaka yang datang
ke perpustakaan jumlahnya tidak sedikit. Beragamnya pemustaka yang datang ke
perpustakaan akan mengakibatkan beragam pula perilakunya.
Memahami perilaku pemustaka tidaklah
mudah, kadang mereka terus terang menyatakan kebutuhan dan keinginannya, tetapi
sering pula mereka bertindak sebaliknya. Mereka tidak mampu mengungkapkan
secara pasti apa yang diinginkannya.
Untuk itu memahami perilaku pemustaka,
perlu dilakukan dengan mneghubungkan pada permasalahan manusia. Apa yang mereka
pikirkan, apa yang mereka rasakan dan apa yang sudah mempengaruhi pikiran
mereka.
Untuk dapat memasuki ke ranah tersebut,
tentu pustakawan sebagai orang yang bertugas memberikan pelayanan harus
melakukan interaksi yang baik dengan pemustaka. Apalagi perilaku pemustaka
biasanya bersifat dinamis, yaitu selalu berubah dan bergerak sepanjang watu.
Ada beberapa hal yang perlu dicermati
dalam memahami perilaku pemustaka, diantaranya adalah faktor budaya, faktor sosial,
faktor individu dan faktor psikologis. Kebudayaan merupakan faktor penentu yang
paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Seseorang yang berasal dari
luar negeri, tentu berbeda dengan orang yang berasal dari dalam negeri. Meskipun
pada kasus-kasus tertentu boleh jadi tidak ada perbedaan lagi, mengingat
informasi sudah menyebar ke seluruh pelosok.
Faktor sosial, seperti asal keluarga,
peran dan status seseorang di masyarakat, dapat juga menjadikan perilaku yang
berbeda. Seorang yang biasanya dilayani karena jabatan yang diemban, tentu
ketika datang ke perpustakaan, ia pun ingin dilayani, sehingga ketika ingin
baca buku ia tinggal perintah saja. Bandingkan dengan pemustaka yang belum
punya status sosial yang tinggi, pasti ia berusaha mencari sendiri. Kalaupun ia
datang ke pustakawan, sifatnya bukan memerintah, tapi minta tolong..
Dan masih banyak lagi hal-hal yang perlu
dicermati untuk memahami perilaku pemustaka yang berbeda-beda. Pemahaman tentang
perilaku dapat menjadi dasar untuk melayani sesuai dengan kebutuhan, situasi
dan kondisi yang dapat berujung kepada kepuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar